Terbayar sudah hajat traveling bulan ini, meski terkesan di sempat-sempatkan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan akhirnya jadi juga. Meletihkan memang karena target yang semula hanya dalam provinsi mendadak di alihkan ke luar provinsi, tujuannya tak lain adalah kota air Muara Teweh ibukota dari Kabupaten Barito Utara provinsi Kalimantan Tengah. Kota yang mayoritas penduduknya adalah suku dayak Bakumpai dan Dayak Maanyan ini mengandalkan sektor perhutanan, pertambangan batu bara dan emas serta perkebunan kelapa sawit dan karet. Karenanya pemandangan kebun karet lazim kita temui di sepanjang tepian jalan sekitar kota ini.
Ada beberapa pilihan transport jika ingin menginjakan kaki di kota ini, mulai dari transport yang umum yaitu darat, air hingga lewat jalur udara.Kami sendiri memilih transport darat dengan menggunakan jasa travel selain fasilitas antar jemput dan snack kita juga bisa istirahat mengingat perjalanan kota Muara Teweh bisa menghabiskan waktu semalam.
Perjalanan terbilang lancar, meski ada beberapa ruas jalan yang terbilang rusak dan harus tertunda karena salah satu ban mobil yang kami tumpangi bocor ketika dalam perjalanan. Tiba di Muara Teweh kami diantar ke Jl. Imam Bonjol dimana teman saya yang bertugas disana telah menunggu. Di sinilah rencana kami tinggal selama berada di kota suangai Muara Teweh (hmm asik nginap gratis !).
Satu hal yang cukup menarik perhatian selama di kota ini saya cukup sering melihat pemandangan anggrek tebu di pekarangan rumah masyarakat bahkan ada yang sampai 3-4 rumpun besar, dimana mereka memperolehnya?. Tidak hanya anggrek tebu, beberapa anggrek spesies lainnya yang saya temui di pelihara oleh penduduk setempat adalah anggrek dari genus Cymbidium, Acriopsis, Coelogyne, dan Phalaenopsis, dan Dendrobium. Mungkin mereka memperoleh anggrek-anggrek ini dari pekerja tambang atau perkebunan yang menemukan anggrek ini di sekitar areal tambanga atau perkebunan tempat mereka bekerja.
Karena rasa penasaran itu lah saya mencoba mendatangi kawasan hutan terdekat untuk melihat-lihat anggrek yang ada, sayangnya tidak mudah menemukan hutan yang masih alami yang dekat dengan kota ini karena kebanyakan sudah berubah menjadi areal perkebunan karet dan kelapa sawit. Alhasil dari pemantauan dengan keterbatasan tanpa alat bantu saya hanya menemukan beberapa anggrek spesies antara lain dari genus Thrixspermum, Acriopsis, dan Dendrobium saja. Sedikit mengecewakan memang padahal di pepohonan masih banyak di jumpai Paku epifit yang berukuran besar yang biasanya tumbuh berdampingan dengan anggrek, misalnya paku dari genus Asplenium dan Paltycerium.
Itulah sedikit pengalaman yang dapat saya bagi selama di kota sungai Muara Teweh, mudahan-mudahan di lain kesempatan bisa menjelajah hutannya untuk melihat koleksi anggrek anggrek spesies yang ada disana.
Terimakasih kepada Hafidz serta Muna dan keluarga yang sudah berkenan menampung kami selama di sana !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar