Minggu, 24 Januari 2010

Sejarah Anggrek Indonesia

Sejarah Anggrek Indonesia Anggrek di Indonesia sudah dikenal sejak berabad-abad. Sebagai bukti Anggrek Phaphiopedilum dayanum dari Kalimantan (borneo) 1869 sudah dikenal di Eropa. Meski pada saat itu masarakat pribumi belum begitu berminat terhadap tanaman anggrek yang tersebar di hutan-hutan Indonesia.

anggrek kantung
Paphiopedilum dayanum
Setelah kedatangan Belanda dan juga Inggris (Raffles) di Indonesia, barulah anggrek mulai terlihat mendapat perhatian khusus dan mulai di budidayakan. Pada waktu itu anggrek lebih mahal dari perhiasan misalnya gelang emas. Dari sinilah masyarkat pribumi mulai sadar akan nilai ekonomis dan keindahan bunga anggrek.

Sekitar tahun 1930 penduduk asli sudah mulai mengusahakan pemeliharaan anggrek yang pada saat itu keseluruhan "masalah penganggrekan di kuasai oleh Belanda". Salah satu nama yang tercatat rela mengorbankan harta bendanya untuk di tukar dengan anggrek adalah Pak Jaeran dari Slipi, Jakarta. Ia dengan berani mendatangi seorang Belanda (berpangkat Captain) dan membeli anggrek-anggrek yang baik. Hal ini membuat Belanda heran dan juga sinis terhadap Pak Jaeran. Pak Jaeran tidak peduli dan tetap membeli antara lain jenis Vanda, dan Cattleya. Di antara jenis Vanda ialah Vanda Macan, Vanda Dewi Sri, Vanda teres lapaloma, dan Vanda teres aurora.

Pada saat itu anggrek Indonesia memegang peranan penting dalam penganggrekan dunia. Baik di ekspor mapun untuk bidang ilmu pengetahuan. Pada waktu itu sampai mencapai jaman kemerdekaan Vanda Macan cukup populer dan banyak penggemarnya.

Pameran-pameran terus diadakan dan tercatat setelah kemerdekaan sekitar tahun 1950 untuk mengumpulkan dana, PMI mengadakan pameran hingga tahun 1955, bertempat di Keramat Raya no.05 Jakarta.

Pada tahun 1956 PAI (Perhimpunan Anggrek Indonesia) di bentuk di Bandung. Kini hampir di seluruh kota di Indonesia terdapap cabang PAI. Tahun 1976 pemerintah Indonesia mengadakan Pekan Anggrek Nasional. Pada tahun 1977 diadakan Konferensi Anggrek Asean di Jakarta.
(sumber Lestari, Sugeng. S.1985)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar