Bicara tentang anggrek tanah tentunya Spathoglottis urea sudah familiar bagi pecinta anggrek. Anggrek yang satu ini di kenal sebagai anggrek terresterial atau anggrek yang di kelompokan sebagai anggrek tanah sesuai dengan habitatnya. Jenis anggrek ini cukup banyak digemari oleh pecinta anggrek baik yang spesies maupun silangannya. Bunganya yang berwarna kuning cerah membuat banyak pecinta dan pehobies menaruh hati pada bunga yang satu ini.
Mobil berhenti, kedua anak SD ini turun dan menuju sebuah gubuk |
Pada kesempatan awal agustus 2010 lalu, tim observasi anggrek dari PAI dan CASI menuju daerah Pelaihari untuk mengecek keberadaan salah satu jenis Spathoglottis yang kini keberadaannya sudah sangat sulit di temukan sehingga ada sebagian kalangan beranggapan anggrek ini sudah punah membuat keberadaan anggrek tanah dari Genus Spathoglottis ini kini menjadi tanda tanya.
Keberangkatan tim observasi di dorong oleh informasi warga setempat yang bermukim di kawasan Pegunungan Meratus di Kabupaten Tanah Laut yang mengatakan telah menemukan jenis anggrek yang tumbuh di tanah dengan warna bunga kuning di hutan sekitar tempat tinggalnya. Untuk memastikan informasi tersebut tim Observasi rela menempuh perjalanan selama 4 jam dengan menggunakan mobil dan berjalan kaki. Cuaca yang kurang bersahabat membuat perjalanan terasa cukup sulit, medan berlumpur dan hujan yang turun hampir sepanjang hari membuat "Driver" harus ekstra hati-hati.
Namun sayang kali ini tim observasi Anggrek Meratus dari PAI dan CASI harus kecewa karena anggrek yang di maksud tidak ditemukan. Penyebabnya kemungkinan adalah kesalahan informasi yang di sampaikan oleh masyarakat setempat yang salah menduga tanaman herba atau rumput-rumputan sebagai anggrek. Untungnya Tim Observasi Anggrek Meratus masih di hibur oleh beberapa jenis anggrek yang di jumpai di hutan sekitar pemukiman penduduk seperti Eria, Bulbophyllum, Luisia, Phaius, Thrixspermum, Dendrobium, dll.
Selain itu ada moment menarik pada observasi kali ini, yaitu ketika mobil tim observasi anggrek meratus memberikan tumpangan kepada anak-anak sekolah dasar masyarakat setempat. Sungguh luar biasa kesungguhan mereka, menempuh jarak yang jauh hanya dengan berjalan kaki.. diwajah mereka seakan tergambar sulitnya untuk memperoleh yang namanya "ilmu" di tengah kehidupan yang di bilang orang serba modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar